Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap
Terdapat beberapa konsep perencanaa transportasi yang telah berkembang sampai saat ini, yang paling populer adalah “Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap”. Menurut Tamin (2000), model perencanaan ini merupakan gabungan dari beberapa seri submodel yang masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan. Adapun keempat dari submodel tersebut yaitu sebagai berikut
a) Pemodelan bangkitan dan tarikan pergerakan (Trip Generation and Trip Atraction)
Tahap bangkitan dan tarikan pergerakan bertujuan memperkirakan jumlah pergerakan yang akan dilakukan pada setiap tempat asal (i) ke tempat tujuan (j) misalnya anak sekolah yang pergi ke sekolah. Data atau informasi yang digunakan daalm penentuan bangkitan dan tarikan pergerakan, yaitu penggunaan lahan, penduduk, dan kondisi sosial ekonomi.
Jumlah bangkitan dan tarikan pergerakan merupakan informasi yang sangat penting dalam memperkirakan pegerakan antarwilayah. Pergerakan antarwilayah juga sangat dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitas sistem jaringan jalan antar wilayah tersebut.
b) Pemodelan sebaran/distribusi pergerakan (Trip Distribution)
Tahap distribusi pergerakan merupakan interaksi antar penggunaan lahan, angan transportasi, dan arus lalu lintas. Pola distribusi (sebaran) arus lalulintas antara tempat asal (i) ke tempat tujuan (d) merupakan hasil interaksi antara lokasi dan penggunaan lahan.
Di dalam pemodelan distribusi pergerakan dikenal istilah interaksi spasial. Interaksi spasial dalam geografi adalah arus manusia, barang, uang, atau informasi. Interaksi ini dikarenakan adanya perbedaan potensi wilayah. Misalnya indramayu merupakan salah satu wlayah penghasilan beras sedangkan Jakarta tidak. Maka dari itu terjadi distribusi pergerakan dari Indramayu ke Jakarta.
c) Pemodelan pemilihan moda (Model Split)
Pemilihan moda merupakan bagian terpenting dalam perencanaan transportasi karena dilakukannya pemilihan jenis angkutan umum.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda, antara lain sebagai berikut.
- Kepemilikan kendaraan pribadi, semakin tinggi pemilikan kendaraan pribadi akan semakin kecil pula ketergantungan pada angkutan umum.
- Struktur rumah tangga, hal ini berdasarkan kondisi rumahtangga seperti umur keluarga da jumlah anggota keluarga, dimana semakin banyak umur dan jumlah anggota keluarga semakin tinggi peluang untuk mempunyai kendaraan pribadi.
- Pendapatan, semakin tingi pendapatan akan semakin besar peluang menggunakan kendaraan pribadi.
- Tujuan pergerakan, misalnya orang akan menggunakan kendaraan pribadi karena ketepatan waktu, kenyamanan, yang tidak dapat dipenuhi oleh angkutan umum.
- Waktu terjadinya pergerakan, pada malam hari orang akan menggunakan kendaraan pribadi karena tidak adanya angkutan umum.
- Jarak perjalanan, semakin jauh jaraknya cenderung menggunakan angkutan umum
d) Model pemilihan rute perjalanan (Trafic Assigment)
Setiap orang dalam melakukan pergerakan akan mencari rute untuk meminimalkan biaya dan waktu perjalanan. Dalam proses pemodelan pemilihan rute, data yang digunakan antara lain permintaan angkutan dan jaringan jalan. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan rute pergerakan, yaitu
- Waktu tempuh,
- Jarak, biaya (bahan bakar dan lainnya),
- Kemacetan dan antrian,
- Jenis jalan raya (jalan tol, arteri),
- Pemandangan kawasan tertib lalulintas,
- Marka jalan, serta
- Kebiasan.
Pemilihan rute sangat diperlukan untuk dapat menghindari kemacetan dan kendala-kendala lain yang biasa terjadi di jalan misalnya saat akan melakukan perjalanan yang harus melewati jalan yang sudah teridentifkasi macet maka kita bisa mencari jalur alternatif lain untuk mencapai tempat tujuan.
0 Komentar